Saturday, December 2, 2023
HomeKesehatanApa yang Dirasakan Saat Melakukan Self harm? Ini Dia Pengalamanku

Apa yang Dirasakan Saat Melakukan Self harm? Ini Dia Pengalamanku

Self harm, mungkin sebagian dari kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Secara harfiah, self harm adalah menyakiti atau melukai diri sendiri.

Di mana seseorang memiliki dorongan untuk menyakiti dirinya sendiri ketika sedih, marah, dan saat merasakan kesulitan. Kasus self harm sendiri sudah sangat banyak di lingkungan sekitar kita.

Mungkin bagi orang yang melihatnya, self harm terasa sangat menyakitkan dan hal yang mengerikan. Tapi, bagaimana menurut orang yang melakukan?

Oke baiklah, aku sebagai penulis adalah salah satu orang yang kerap melakukan self harm. Dalam artikel ini, aku ingin membagikan pandangan mengenai bagaimana rasanya saat melakukan self harm.

Simak selengkapnya di bawah ini.

Cerita Singkat Mengenai Pengalaman Melakukan Self harm

Sejak kecil aku sudah tinggal bersama nenek dan kakaku. Kedua orangtuaku bekerja dan tidak sempat mengurus kami berdua. Sebagai informasi tambahan, aku adalah anak perempuan.

Aku sangat bahagia saat tinggal bersama nenek. Beliau sangat memanjakanku dan memberikan kasih sayang sepenuhnya.

Tapi di lain sisi, jujur aku juga kehilangan sosok kedua orangtuaku. Aku tidak tahu bagaimana rasanya disisir oleh ibu saat akan berangkat sekolah, diantarkan, pergi belanja, atau hanya sekedar jalan-jalan bersama kedua orangtua.

Meski begitu, aku tidak banyak mengeluh mengenai perasaan tersebut. Aku memendamnya sendiri sambil merasa iri terhadap teman-temanku yang bisa memiliki waktu bersama kedua orangtuanya.

Singkat cerita, saat berusia 9 tahun akhirnya aku bisa tinggal bersama kedua orangtua. Hanya saja ada perasaan canggung dan tidak nyaman. Rasanya mereka sangat asing.

Aku tidak pernah bercerita apapun kepada mereka, sesederhana membicarakan kegiatan sehari-hari atau berkeluh kesah. Pernah sesekali aku mengeluh, tanggapan ibu justru ‘Itu kan resikomu’ atau ‘Kegiatanmu kan cuma sekolah’.

Sejak saat itu, aku benar-benar takut dan tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku kepada mereka. Kemudian saat usiaku 10 tahun, kakakku mulai masuk SMK yang di mana ia didik dengan keras.

Masalahnya adalah ia jadi membawa didikan kerasnya kepadaku. Jika aku menolak satu saja perintahnya, dia tidak ragu untuk memukul kepalaku atau berkata kasar. Tidak ada yang membelaku sama sekali.

Saat-saat itulah emosiku benar-benar campur aduk. Anak 10 tahun yang tidak bisa dengan leluasa bermain dan bercerita kepada keluarganya. Emosiku jadi tidak stabil, aku bahkan tumbuh menjadi pribadi pemarah kepada orang lain.

Tapi, tidak bisa mengungkapkannya saat di rumah. Aku merasa sendiri dan kesepian. Akhirnya aku hanya menangis dan selalu menganggap diriku tidak berharga. Di saat itulah aku mulai melakukan self harm.

Aku memukul tembok hingga tanganku bengkak, mencakar tanganku sendiri sampai berdarah, hingga aku berani menyilet-nyilet tanganku. Bahkan pernah di suatu hari aku ingin sekali memotong nadiku.

Apa yang Mendorong Melakukan Self harm?

Melansir dari Mind, ada beberapa alasan seseorang melakukan self harm. Di antaranya adalah:

  • Mengekspresikan sesuatu yang sangat sulit diungkapkan dalam kata-kata.
  • Mengurangi emosi berlebihan yang terpendam dalam pikiran.
  • Memiliki perasaan dikontrol akan sesuatu atau seseorang.
  • Melarikan diri dari ingatan yang traumatik.
  • Menghukum dirinya sendiri atas perasaan dan sesuatu yang sudah terjadi.
  • Merasa terasingkan.
  • Mengekspresikan perasaan ingin bunuh diri.

Bagiku sendiri, self harm dilakukan karena tidak bisa meluapkan emosi dengan benar. Semuanya aku pendam sendiri dan aku takut untuk bercerita kepada keluargaku, apa lagi kepada orang lain.

Di lain sisi, saat itu aku masih sangat muda yaitu 10 tahun. Di mana emosi masih labil dan belum bisa berfikir dengan rasional, jadi sangat rentan untuk melakukan hal buruk terhadap diri sendiri.

Bagaimana Perasaan Saat Melakukan Self harm?

Berdasarkan pengalamanku, melakukan self harm memberikan kepuasan sendiri. Entah kenapa rasanya sangat lega setelah melakukan tindakan tersebut.

Hal ini yang membuatku mengulangi tindakan menyakiti diri sendiri setiap kali merasa sedih, emosi, dan marah. Meski begitu, beberapa jam setelahnya aku merasa menyesal.

Terutama ketika melihat tanganku sudah bengkak atau penuh dengan darah. Belum lagi saat keluargaku bertanya, kenapa tanganku terluka.

Aku tidak bisa berkata jujur kepada mereka, aku akan berbohong dan membuat alasan paling rasional. Entah mereka percaya atau tidak.

Di titik itu, aku tidak sadar bahwa kesehatan mentalku terganggu. Aku bahkan baru menyadarinya setelah beranjak dewasa.

Bagaimana Aku Berhenti Melakukan Self harm?

Aku bisa berhenti melakukan self harm saat menginjak usia 15 tahun. Pada usia tersebut pula, aku mulai bisa mengendalikan emosiku.

Ada beberapa hal yang akhirnya membuatku berhenti menyakiti diri sendiri, di antaranya adalah:

1. Aku Memiliki Sahabat yang Menjadi Tempat Bercerita

Alasan utama pada akhirnya aku berhenti melakukan self harm adalah memiliki sahabat. Saat Saat menginjak SMP aku mulai membuka diri dan berani untuk curhat apapun masalahku kepada sahabat.

Hal tersebut membuatku lebih lega dan tidak perlu memendam semua keluh kesah sendiri lagi. Sehingga, hasrat untuk melakukan self harm juga jauh berkurang.

2. Aku Sibuk dengan Kegiatan Organisasi di Sekolah

Memasuki SMP aku memang benar-benar menyibukkan diri mengikuti beberapa organisasi sekolah. Hal ini yang membuatku menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah, dari mulai pagi hingga sore.

Tapi aku benar-benar menikmatinya. Aku bisa lebih banyak bermain dengan teman-teman dan tidak perlu takut dimarahi kakak.

3. Aku Memiliki Ambisi Mendapatkan Nilai Terbaik

Aku juga memiliki ambisi untuk mendapatkan nilai terbaik dan menjadi juara kelas. Hal ini yang membuatku benar-benar fokus untuk belajar dan tidak terpikir lagi untuk melakukan self harm.

4. Aku Ikut Berbagai Lomba

Saat SMP, aku juga mengikuti berbagai lomba. Hal ini juga yang menjadi alasan aku tidak lagi memiliki dorongan untuk melakukan self harm.

5. Aku Malu Memiliki Banyak Luka Sayatan di Tangan

Usia 15 tahun adalah usia remaja yang sedang dalam masa puber. Di usia tersebut aku benar-benar merasa malu dan jijik melihat tanganku yang penuh dengan luka sayatan.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak melakukan hal bodoh tersebut. Aku mulai membiasakan merawat diri agar luka-luka tersebut hilang.

Tips Berhenti Melakukan Self harm

Setiap orang pastinya memiliki alasan dan kesulitan masing-masing, kenapa mereka melakukan self harm. Bahkan, tidak sedikit yang bahkan tidak bisa lepas dari tindakan tersebut.

Bagi kamu yang masih terjebak dalam tindakan self harm, aku punya beberapa tips untuk keluar dari tindakan tersebut yang bisa kamu coba. Di antaranya adalah:

  • Segera dapatkan penanganan profesional dari psikolog atau psikiater.
  • Sadari bahwa seluruh anggota tubuh kamu sangat berharga.
  • Temukan katarsis yang bisa kamu gunakan sebagai media menyalurkan emosi negatif ke dalam bentuk positif.
  • Selalu sibukan diri kamu dengan berbagai kegiatan bermanfaat.
  • Mulai belajar anger management yang baik.

Kesimpulan

Kesehatan mental memang sangat penting untuk diperhatikan sejak dini. Sebab, anak kecil hingga remaja sangat berisiko mengalami depresi, putus asa, hingga self harm.

Tanpa adanya edukasi dan bimbingan yang benar, anak bahkan akan melakukan hal yang lebih nekat dari pada orang dewasa. Oleh sebab itu, kita tidak boleh mengabaikan kesehatan mental dari anak, adik, atau saudara kita.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular